Pengalaman mengawal Reformasi



Siapa yang tidak antusias, ketika kampus tercintanya dikunjungi oleh orang yang pernah menjadi tokoh nomor satu di negeri ini. Seperti pada hari ini, Rabu (10/12) pagi Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta sudah dipadati oleh ribuan mahasiswa yang ingin hadir dalam kuliah umum bersama Bapak Prof.Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono,MA. Kuliah umum yang bertema “Pengalaman Mengawal Reformasi” ini bagaikan magnet yang menarik hampir seluruh mahasiswa UIN Jakarta untuk menghadirinya. Materi yang beliau sampaikan dalam perkuliahan umum yang berjalan selam tiga jam tersebut adalah tentang pengalaman beliau memimpin negara Indonesia selama 10 tahun.
Dalam acara tersebut, banyak pengalaman yang beliau bagikan kepada mahasiswa dan juga civitas akademik lainnya yang hadir pada pagi hari itu. “berbagai pengalaman akan saya bagikan dengan gaya story telling dari masa ke masa secara ringkas katanya. Dengan bahasanya yang santai dan menarik, Bapak SBY mengatakan bahwa reformasi bukanlah revolusi. Karena revolusi dapat diartikan menjebol, mengganti dan revolusi sering dilakukan dengan tindak kekerasan yang dapat memakan banyak korban. Sedangkan reformasi tidak. Karena reformasi adalah perubahan, perbaikan yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Reformasi merupakan perubahan yang berkesinambungan dengan mempertahankan yang baik dan memperbaiki hal yang salah. Dengan begitu, reformasi tidak boleh menjebol kerangka bernegara dari sebuah bangsa. Reformasi merupakan sebuah perubahan yang harapan dan tujuannya jelas, konsep, tujuan dan akidahnya pun jelas serta dikelola dengan baik.
Dalam kesempatan tersebut pula, beliau menyampaikan mengenai praktek bernegara apa yang sebenarnya tidak  sesuai dengan kehidupan rakyat dan mendorong adanya reformasi. Pemerintahan yang relative absolut, demokrasi yang lemah dan kurangnya ruang untuk kebebasan berekspresi, konsentrasi kekuasaan terlalu berada di pusat dan tidak memberikan ruang khusus untuk mengatur daerahnya, eksekutif terlalu kuat dan legislative terlalu lemah sehingga tidak terjadi checks and balances yang sehat dan kokoh, peran militer dalam politik yang dinamakan Dwifungsi ABRI dirasakan terlalu berlebihan atau eksesif, dominasi partai politik pemerintah, pemilihan umum yang jauh dari free and fair, lemahnya pemberantasan korupsi, dominasi bisnis dari kalangan tertentu, dan yang terakhir yaitu cara-cara penegakan stabilitas dan keamanan nasional yang depresif.
Sepuluh isu di atas hendaknya tetap kita kawal agar tidak terjadi lagi seperti zaman pemerintahan yang otoriter yang tentu saja tidak kita inginkan. Oleh karena itu, rakyat harus tetap mengawal pemerintahan yang mana pun agar terciptanya stabilitas politik. “Pemerintah juga harus mengawal kehidupan demokrasi yang sesuai dengan keinginan rakyat” katanya sebelum menutup paparannya.
Di akhir acara perkuliahan umum tersebut, mahasiswa UIN menyajikan beberapa seni budaya seperti gamelan, tari saman dan juga penampilan akustik. Menariknya, penampilan akustik tersebut membawakan salah satu lagu ciptaan bapak SBY, yang berjudul “Rinduku padamu” yang membuat bapak SBY tersenyum dan tampak sangat terhibur.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serunya Mengenal Wisata Kota Tua bersama Vivalova Happy Race

Cerita Tiga Pulau di Kepulauan Seribu

Ada Kesan di PJBM 2015