Cerita Tiga Pulau di Kepulauan Seribu
Kepulauan Seribu merupakan Kabupaten Administrasi di DKI Jakarta. Pulau-pulau ini menawarkan tempat wisata yang cocok bagi warga Jabotabek untuk melepas penat setelah bergelut dengan pekerjaan. Selain memiliki panorama yang indah, kita juga dapat menyelami sejarah ratusan tahun yang lalu pada masa kolonial Belanda. Dari sekitar 342 buah pulau di Kepulauan Seribu, terdapat tiga pulau kecil dengan jarak yang saling berdekatan. sehingga kita dapat mengunjungi tiga pulau sekaligus dalam satu hari dengan biaya yang murah. Menyenangkan bukan?
Ketiga pulau tersebut adalah Pulau
Cipir, Pulau Kelor dan Pulau Onrust. Walaupun hanya memiliki luas beberapa
hektar, pulau-pulau ini sarat akan sejarah. Di sana kita akan dipandu oleh tour guide yang akan membawa kita ke
dalam atmosfer masa kolonial Belanda.
Pulau
Kelor
Pulau pertama yang dapat kita kunjungi
adalah Pulau Kelor. Pulau ini juga disebut dengan pulau Kherkof. Di pulau ini
terdapat Benteng Monterrlo, sebuah peninggalan Belanda saat melawan bangsa
Portugis pada abad ke 17-an. Benteng ini berbentuk melingkar yang terdiri dari
susunan batu bata merah. Akan tampak indah jika di lihat dari kejauhan. Apalagi,
benteng yang dibangun pada Zaman VOC itu dikelilingi pepohonan dan pasir putih
pasti akan menambah nuansa indah bagi pencinta selfi dan photografi.
Tak hanya itu, di Pulau Kelor juga
terdapat kuburan Kapal Tujuh (Sevent
Provincien). Kapal tersebut dikendalikan oleh awak kapal yang berkebangsaan
Indonesia yang disebut-sebut sebagai pemberontak. Pengendali Kapal Tujuh
tersebut akhirnya harus tewas di tangan Belanda dan juga dikuburkan di pulau
Kelor. Walaupun pulau ini akan terdengar sedikit mistis, namun pemandangan
pantai dengan air jernihnya dan hamparan pasir putih akan memukau siapa saja
yang berkunjung.
Pulau
Onrust
Setelah dari pulau Kelor, kita beranjak
ke Pulau Onrust. Untuk menuju ke pulau ini kita hanya membutuhkan waktu sekitar
10-20 menit. Pulau Onrust disebut juga dengan Pulau Unrest dalam bahasa Inggris yang berarti tidak
pernah beristirahat. Tak kalah dengan Pulau Kelor, pulau ini juga dapat
menceritakan sejarah pada masa Belanda. Di pulau yang memiliki luas hanya 12 Ha
ini pernah dijadikan penjara dan pos karantina untuk orang-orang yang memiliki
penyakit lepra.
Disebut
juga sebagai pulau ribut adalah karena pulau ini memang tidak pernah
beristirahat. Pada tahun 1691-1740 pulau ini dibangun sebuah dermaga, kincir
angin dan juga gudang rempah-rempah. Kegiatan pembangunan tersebut membuat
aktivitas pulau Onrust semakin ramai dan bertambah jumlah pekerja. Pada tahun
1695 penduduk di pulau ini berjumlah 148 abdi kompeni dan 200 budak. Pulau ini
juga dijadikan benteng pertahanan dan depot logistik oleh VOC.
Pulau yang lebih luas dari Pulau Kelor
ini juga terdapat sisa-sisa bangunan tua yang dulunya dijadikan sebagai karantina
haji yang dibangun pada tahun 1911. Karantina haji ini memiliki jumlah barak 35
unit dan di setiap baraknya dapat menampung 100 jemaah haji. Kegiatan karantina
haji tersebut kemudian dipindahkan ke Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 1933. Sementara
itu, di sebelah barat pulau Onrust, terdapat 2 makam ya di pagari bambu dan
dikelilingi tembok berwarna biru. Salah satunya adalah makan Sekar Marijan
Kartosuwiryo yang disebut sebagai pemberontak padan masa DI/TII (Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia). Kartosuwiyo dihukum mati oleh pemerintah pada
1962 karena telah mengobarkan pemberontakan di Jawa Barat pada tahun 1949.
Pulau Onrust juga tak kalah mistisnya
dengan Pulau Kelor. Pulau ini terdapat taman pemakaman bangsawan Belanda, salah
satunya adalah gadis belanda yang bernama Maria Van de Velda. Konon saat gadis
ini meninggal, ia masih mengenakan gaun pengantin saat menunggu sang kekasih.
Walaupun begitu, aroma mistis di Pulau Onrust ini tidak mengalahkan pemandangan
indah yang terhampar dalam balutan pasir putih.
Pulau
Cipir
Setelah menambah pengetahuan di Pulau
Onrust, saatnya kita beranjak ke Pulau Cipir. Pulau ini disebut juga dengan
Pulau Kahyanganyang terletak di Kelurahan Untung Jawa. Pulau ini terdapat penampungan
air bersih dan jernih yang dibangun pada abad ke 17. Di bawah tanahnya,
terdapat 8 ruang yang saling berhubungan satu sama lain dan memiliki kapasitas
50.000 liter.
Selain di Pulau Onrust, kita juga masih
mendapati reruntuhan bekas barak
karantina haji dan bekas rumah sakit dan barak karantina yang dibangun pada
1911. Sebelum dibawa ke Onrust, para jemaah haji dikarantina selama lima hari
di Pulau Cipir. Pemerintah Belanda mengkhawatirkan sepulang dari tanah suci,
para jemaah membawa penyakit. Oleh karena itu, di berlakukannya sistem
karantina.
Bagaimana? Menarik bukan untuk menjelajahi tiga pulau sekaligus. Tidak butuh berhari-hari, kita dapat menyelami sejarah dan menikmati panorama indah di pulau-pulau tersebut dengan biaya yang sangat murah. Hanya sekitar 80.000-150.000 rupiah, kita dapat mengelilingi tempat-tempat yang kaya akan sejarah itu. Alat transportasinya pun mudah. Dari dermaga Kamal Jakarta Utara, kita bisa menggunakan kapal transport atau perahu tradisional yang ongkosnya hanya kisaran 25.000-50.000 rupiah. Di sana juga ada beberapa pedagang makanan dan minuman. Namun, alangkah baiknya para wisatawan cukup membawa bekal dari rumah untuk dinikmati sambil memandang ombak yang berderu pelan. Yuk, berdestinasi ke Pulau Seribu !!
NB: Tulisan ini sudah diterbitkan di ATNEWS
Komentar
Posting Komentar