Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Pengalaman mengawal Reformasi

Siapa yang tidak antusias, ketika kampus tercintanya dikunjungi oleh orang yang pernah menjadi tokoh nomor satu di negeri ini. Seperti pada hari ini, Rabu (10/12) pagi Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta sudah dipadati oleh ribuan mahasiswa yang ingin hadir dalam kuliah umum bersama Bapak Prof.Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono,MA. Kuliah umum yang bertema “Pengalaman Mengawal Reformasi” ini bagaikan magnet yang menarik hampir seluruh mahasiswa UIN Jakarta untuk menghadirinya. Materi yang beliau sampaikan dalam perkuliahan umum yang berjalan selam tiga jam tersebut adalah tentang pengalaman beliau memimpin negara Indonesia selama 10 tahun. Dalam acara tersebut, banyak pengalaman yang beliau bagikan kepada mahasiswa dan juga civitas akademik lainnya yang hadir pada pagi hari itu. “berbagai pengalaman akan saya bagikan dengan gaya s tory telling dari masa ke masa secara ringkas ”   katanya. Dengan bahasanya yang santai dan menarik, Bapak SBY mengatakan bahwa reformasi bukanlah revolu

Mengenal Tuhan

Judul                : Mengenal Tuhan Penulis              : Bey Arifin Penerbit            : PT. Bina Ilmu Terbit                : 26 September 1961 Tempat terbit    : Surabaya Halaman          : 439             Di zaman yang sudah tergolong zaman akhir ini, tidak hanya krisis politik dan krisis ekonomi tetapi telah terjadi krisis akhlak yang di akibatkan dari krisis bathin manusia yang tak percaya dan masih ragu-ragu atas hari kemudian dan alkhaliq yang menciptakan dan mengawasinya setiap saat dan detik.             Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai kemaksiatan yang dilakukan oleh setiap manusia dimuka bumi ini. manusia merasa memiliki hak masing-masing dalam melakukan segala tindakan yang ia inginkan tanpa memperdulikan baik atau tidakkah perbuatan yang ia lakukan yang penting dirinya merasa puas mendapatkan apa yang ia inginkan.             Tidak hanya itu, kita sering menyaksikan banyaknya golongan atau bangsa yang tertindas dan teraniaya oleh

Saudaraku Rayhan

Saat SMA aku terbilang anak yang paling bandel, urakan, dan susah di atur. Bukan prestasi yang ku ukir, tapi kasus demi kasus yang selalu aku ciptakan di sekolah. Dari mulai menjahili teman, melawan guru, bolos, sampai jadi penyebab tawuran. Jangankan dapat nilai bagus, rutin masuk sekolah dalam satu minggu pun, itu sudah sangat ajaib bagiku. Karena ulah ku itu ayah dan ibu selalu mendapat panggilan dari kepala sekolah. Pada jam istirahat aku dan teman-teman sedang berkumpul di kantin. Tiba-tiba datanglah si Ocol sambil memegangi sebelah pipinya yang tampak memar. Dia bilang kalau dirinya habis dipalak anak SMA seberang. Walau sempat Ocol mencegah, aku tetap bergegas menceritakan kejadian itu kepada senior ku kelas 2. Ya, bisa dibilang sebagai pentolan sekolah. Memang sebelumnya banyak perselisihan kami dengan siswa SMA sebrang itu. Mendengar ceritaku, senior ku pun marah besar.  Hari berikutnya terjadilah tawuran antara sekolah ku dengan SMA seberang. Tentu saja aku ikut di dalam

Ini budaya aku, bukan punya kamu!!!

23 Oktober 2012 pukul 9:28  Kebudayaan adalah identitas suatu negara dan juga karakteristik yang membedakan antara satu negara dengan negara lain. Namun, karena perbedaan itu kita dituntut untuk belajar bagaimana kita bisa bersatu dengan sesuatu yang membedakan kita. Seperti halnya orang indonesia yang mempelajari tarian jepang ataupun menyukai makanan khas jepang bahkan sampai ingin tahu bagaimana cara membuat makanan itu. Pengetahuan kita akan bertambah luas dengan adanya perbedaan-perbedaan itu dan kita dapat bersosialisasi dengan orang yang berbeda ras dengan kita. Namun, bagaimana jika kebudayaan kita itu diakui oleh bangsa lain? Tentu saja bagi yang masih memiliki rasa nasionalisme pasti akan merasa tidak terima jika kebudayaan kita sampai di akui oleh  bangsa lain, bukan?. Dan inilah yang saya ingin tuangkan dalam tulisan ini.  Saya sempat terkejut apa yang saya temukan ketika menonton drama korea yang berjudul  "miss. Panda and mr. Hedgehog" yang baru-ba
Aku dan kamu di Januari Sore yang agak mendung. Terduduk Farah ditangga loby fakultasnya sambil termenung, entah apa yang difikirkannya saat itu. yang pasti imajinasi yang sedang berputar-putar diotakknya itu membuatnya sesekali tersenyum dan sesekali menampakkan wajah kekecewaan. Baru 5 menit dia duduk ditempat itu tampaknya dia semakin menikmati memory yang tiba-tiba teringat kembali. Bukan sekedar memory, bahkan itu bisa menjadi sebuah kenangan. Entah itu kenangan indah atau atau malah kenangan buruk.tapi setidaknya itu kenangan yang tidak mudah untuk ia lupakan. Masa-masa yang menurutnya indah namun sedikit agak mengecewakan. Berlari-lari sambil tertawa bersama teman-teman, bermain apapun yang ia suka. Masa kecil memang sungguh menyenangkan. Dimana kita bisa bebas meminta sesuatu tanpa perduli larangan orang tua. Bebas bermain, mengekspresikan dengan mudah semua semua perasaan dan keinginan. Begitu pun dengan cinta. Walaupun begitu awal perasaan itu muncul, tapi cinta monyet sej