Aku dan kamu di
Januari
Sore
yang agak mendung. Terduduk Farah ditangga loby fakultasnya sambil termenung,
entah apa yang difikirkannya saat itu. yang pasti imajinasi yang sedang
berputar-putar diotakknya itu membuatnya sesekali tersenyum dan sesekali
menampakkan wajah kekecewaan. Baru 5 menit dia duduk ditempat itu tampaknya dia
semakin menikmati memory yang tiba-tiba teringat kembali. Bukan sekedar memory,
bahkan itu bisa menjadi sebuah kenangan. Entah itu kenangan indah atau atau
malah kenangan buruk.tapi setidaknya itu kenangan yang tidak mudah untuk ia
lupakan. Masa-masa yang menurutnya indah namun sedikit agak mengecewakan.
Berlari-lari sambil tertawa bersama teman-teman, bermain apapun yang ia suka.
Masa kecil memang sungguh menyenangkan. Dimana kita bisa bebas meminta sesuatu
tanpa perduli larangan orang tua. Bebas bermain, mengekspresikan dengan mudah
semua semua perasaan dan keinginan. Begitu pun dengan cinta. Walaupun begitu
awal perasaan itu muncul, tapi cinta monyet sejak kelas 4 SD itu masih
tertinggal hingga dia menjadi mahasiswi.
“Farah....Tomi....Farah...Tomi.....Cieeeee....”
ledek teman-teman sekelasnya. Teriakan-teriakan itu selalu terlontar setiap kali
Farah dan Tomi bertemu. Entah itu untuk menanyakan PR, atau untuk meminjam
pensil, bahkan setiap kali tidak guru yang mengajar, teman-temannya dengan
iseng menulis di blackboard “Tomi love Farah”. Karena perlakuan teman-temannya
itu. Farah menjadi malu dan Tomi pun menghindarinya. Padahal sebelumnya mereka
sangat akrab dan selalu bermain bersama. Farah memang menyukai Tomi. Tapi
sayangnya tomi tidak punya perasaan yang sama saat itu. membuatnya menjauhi
Farah, bahkan membencinya. Untuk yang kali ini, Farah terlihat mengernyitkan
mata. Sungguh mengecewakan saat itu. Dia ditolak sebelum memberi. Benar-benar
menjengkelkan.
Disuatu
pagi diam-diam ia menaruh secarik kertas berwarna-warni dilaci meja Tomi.
Sebuah puisi untuk pangerannya itu. Perasaan yang terlalu dini itu, telah
menjadi inspirasi sebuah puisi yang ia buat semalam tentang isi hatinya.
“Aduuuuh....qo bisa banget ya gw kayak gitu...” hatinya menggerutu sendiri.
Teringat hal itu. Membuat ia malu dengan dirinya sendiri. Dan tiba-tiba..
“Hey....”
Ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang. Membuat semua yang ada
difikirannya buyar. Ia terperanjat kaget.
“Astaghfirullah...
Yuna,, lo ngangetin gue aja sih..” Farah sedikit kesal ketika mendapati
sahabatnya yang menggagetkannya itu.
“Lagian...
ngelamunnya serius banget... ngelamunin apa sih neng?” Kata Vera yang ada
disamping Yuna.
“Lagian
lama banget sih kalian, sampe kering neh nungguin...” jawab Farah sambil
cemberut. “Ya maaf sayang,,, kita kan baru keluar kelas” kata Yuna sambil mengusap pudak sahabatnya itu. “yaudah
yuk makan,,, perut gue dah protes terus dari tadi neh...” kata Farah. “oke...”
Yuna dan Vera menyahutinya berbarengan.
***
“Eh,
gimana acar triple date kita? Jadi kan?” Tanya Vera memecah keheningan diwarung
makan itu. “jadi donk, gue udah bilang qo sama Doni klo kita ngadain triple
date malam tahun baru besok dan dia setuju banget” jawab Yuna sambil menyeruput
es teh manisnya itu. Vera pun menoleh kearah Farah yang terlihat sedang asyik
melahap mie ayamnya itu. tidak ada jawaban darinya.
“Farah,
gimana?” Tanya Vera sekali lagi.
“apanya
yang gimana?” Farah malah balik bertanya.
“ya acara kita?” jelas Vera sekali lagi.
“yaudah, kalian ajalah, gue gak ajadi ikut.” Jawab Farah. Vera dan Yuna pun
saling pandang. Mereka mengerti kenapa Farah tampak lesu ketika membicarakan rencana triple date mereka yang
sudah diniatkan setahun yang lalu.
“Ya,
kita tau qo perasaan lo. lo bingung kan siapa pasangan ngedate lo. waktu kita
janjian mau adain triple date kita, lo kan masih sama Danar. Walaupun lo udah
gak sama Danar lagi masa lo gak ikut sih. . .” Kata Yuna.
“Iya
Rah, Tahun baru masih ada dua bulan lagi. Manfaatin waktu itu buat nyari cowo.
Bisalah lah. . .” Kata Vera dengan semangat.
“
ya gak segampang itu juga kali Vera. . .” Jawab Farah yang agak cemberut.
“
gue yakin lo bisa,, pokoknya dua bulan ini lo pasti dapet pengganti Danar yang
kurang ajar itu. . .” Lanjut Yuna dengan tampang tegas. “Bener tuh Rah,
FIGHTING!!” kata Vera dengan semangat mengangkat kepalan tangannya. Farah pun
hanya bisa terdiam celotehan teman-temannya itu. Dalam hatinya dia tidak yakin
bisa mendapatkan pengganti Danar yang sudah mengkhianati perasaannya itu. Masih
ada kecewa untuk berurusan dengan makhluk yang berwujud ‘laki-laki’. Pastinya
itu karena ia takut tersakiti lagi. Tapi tidak mungkin ia membatalkan janji
triple datenya itu. karena janji satu tahun lalu itu mereka buat sebagai
anniversary persahabatan mereka. Satu tahun lalu mereka bertemu. Dan mulai saat
itu mereka saling akrab dan mulai menjadi sahabat.
“eh,
pulang yuk kayanya udah mau ujan tuh, ntar kebasahan di jalan lagi.” Kata Farah
seperti mengalihkan pembicaraan. Sementara Vera memasang tampang sedikit
cemberut karena motivasinya tidak dihiraukan temannya itu.
***
Farah
membaringkan tubuhnya dikasur sesampainya dirumah. Entah mengapa terasa lelah
sekali. Padahal aktivitas hari itu tidak terlalu padat malah tergolong nyantai.
Sekejap ia memejamkan mata. Dan bayangan itu muncul lagi. Rekaman masa kecilnya
itu berputar kembali difikirannya. Ia semakin mengikuti detik demi detik cerita
yang ada direkaman itu. kadang tersenyum, kadang pula menampakkan wajah kecewa.
Pastinya itu takkan pernah terlupakan. “halimah kamu suka ya sama tomi?” kata
Farah sembari menghampiri temannya yang sedang duduk diayunan di taman sekolah.
“gak qo Farah. .” jawab halimah ketakutan karena Farah bertanya dengan tampang
yang sangat marah. “tadi qo, kamu deket main bareng sama dia? pokoknya, kamu
gak boleh suka sama tomi, aku aja yang yang boleh suka sama dia,” kata Farah
kecil membuat temannya itu agak ketakutan. Farah tersenyum dan agak malu
mengingat itu. namun tiba-tiba
fikirannya buyar ketika suara handphonenya terdengar nyaring. Diambilnya
handphone itu no yang tidak ia kenal.
“halo”
“halo
Farah,, pa kabar lo?” jawab seseorang diseberang sana.
“siapa
ya?” tanya farah
“
ini gw, Rizal.temen SD lo, inget kan. . .??” jelas orang itu
“ooh..
iya, ganti nomor lagi lo?”
“Iya
neh, lo save yang ini yah...”
“iya,,iya,,
oya, tumben lo hubungin gue, ada apa zal” Tanya Farah sedikit penasaran.
“oiya,
kita mau ngundang lo rah diacara reuni SD angkatan kita yang kedua,, ya..
acaranya sih kecil-kecilan aja yang penting kedatangan kalian buat mempererat
silaturahmi juga,,,” Jelas Rizal.
“iya,,iya..
gue pasti dateng qo, hmm,, emang kapan acaranya?
“minggu
besok rah, jam setengah delapan malam, ditunggu ya,,”
“siip
deh,,, gue pasti dateng qo...”
“lo
wajib dateng lah. . apalagi klo bareng tomi,, oke,, yaudah yah...
assalamu’alaikum”
Tutt..tutt.
telepon pun terputus sebelum Farah merespon perkataan-perkataan temannya tadi.
‘Bareng sama tomi? Mana mungkin..? setiap
kali ketemu gue gak berani nyapa lagipula kayanya dia gak ngenalin gue deh,,’
gumamnya. Selama acara lulusan SD 12 tahun yang lalu, Farah dipertemukan
kembali dalam satu kampus. Namun mereka beda Fakultas sehingga mereka jarang
sekali bertemu. Dan sayangnya setiap kali bertemu tidak ada yang berani menyapa.
***
Jakarta
diguyur hujan pagi itu. Farah terburu-buru menuju halte busway menuju
kampusnya. Akhirnya bus yang ditunggu pun datang juga setelah 15 menit ia
berdiri. Seperti biasa, bus selalu penuh sesak oleh orang-orang yang mulai
sibuk untuk menuju tempat aktivitasnya, entah itu bekerja, mengajar, sekolah,
ataupun yang lainnya. Farah langsung mengambil posisi dalam bus itu. walaupun
harus berdiri dan berdesak-desakan itu tidak jadi masalah dari pada harus telat
dan diusir oleh dosen ontime.
“Auu...!!!”
Ada seseorang laki-laki yang menjerit kesakitan. Ternyata Farah menginjak kaki
seseorang saat dia sedang mencari posisi nyaman dibus itu. Farahpun terperanjat
kaget.
“Maaf
ya mas,,, maaf, saya gak sengaja.” Kata Farah sambil menoleh sekilas kearah
orang itu yang masih meringis kesakitan. Akhirnya dapat juga. Farah berdiri di tiang pembatas antara bangku
dan pintu. Tepat bersebelahan dengan orang yang kakinya ia injak tadi. Farah
pun terkejut setelah beberapa saat mengamati orang itu. ‘hah, Tomi..’ dalam
hatinya. ‘ya ampun... dia gak ngenalin gue apa??’ gerutu dalam hatinya makin
menjadi. ‘gue sapa gak ya...aah.... nanti klo gue sapa terus dia emang gak
inget siapa gue gimana??? kan malu.... aah’ Farah bingung dengan hatinya
sendiri dia tidak yakin apa yang harus dia lakukan. Tomi memang tidak
mengenalinya. 12 tahun mereka belum pernah bertemu lagi itu karena saat acara
reuni yang pertama Tomi tidak datang. Dan Farah bisa mengenali Tomi yang dewasa
kini itu karena Rizal yang memberikan Farah foto Tomi dewasa agar Farah bisa
mengenalinya. Kesempatan itu pun berlalu dengan sia-sia lagi seperti
sebelumnya. Farah tidak memiliki keberanian untuk menyapanya. Bus pun sudah
berhenti. Sesampainya di terminal,
merekapun menaiki angkot yang berbeda. Farah hanya bisa memasang tampang
cemberut dan menyesal. Tapi apa boleh buat, dia belum siap untuk menyapa
langsung pangeran kecilnya itu. mungkin besok, lusa, atau kapan saja jika Farah
sudah merasa siap. Yang pasti ia menantikan pertemuan selanjutnya.
***
“DooR...!!”.
Farah terperanjat kaget. Dia sudah bisa menyangka, siapa lagi kalo bukan Vera,
teman yang hobinya ngagetin orang. “hey pagi-pagi ngelamun aja sih,,,?” Tanya
Vera sambil mengambil posisi duduk disebelah Farah.
“
siapa yang ngelamun sih,,,” Kata Farah
“Itu,
tampangnya kaya lg mikirin sesuatu gitu” jawab Vera sembari menunjuk mata Farah
yang sedikit sebam. “kenapa sih?”
“aah. . gak ada apa-apa qo..” sela
Farah.
“Bohong. ..cerita donk,, siapa tau
gue bisa bantu” Kata Vera yang agak memaksa. “atau. . . pasti gara-gara temen
SD lo,,, siapa namanya? Gue lupa deh” tambahnya
“Tomi?” Jawab Farah dan Vera pun
mengangguk yakin. Farah pun hanya diam. “bener kan lo lagi mikirin dia?”. Farah
mengangguk pelan. “ udah pasti itu, soalnya dua minggu yang lalu dan tiga
minggu yang lalu, tampang lo selalu begini klo lagi mikirin dia. Hmmmm.... tadi
lo ketemu lagi sama dia?”
“Iya, Ver” Jawab Farah. “Tapi gue
belum bisa berani nyapa. Kayanya dia emang gk ngenalin gue deh ver,,,”
sambungnya.
“aduuuh,,, Farah, kenapa sih berat
banget buat nyapa?? Hmmm,,, sekarang gini deh, lo harus janji sama diri lo
sendiri, gak boleh nyia-nyiaiin kesempatan lagi. klo lo ketemu dia lagi, lo
harus nyapa, dan bilang klo lo tuh Farah, temen SD nya. Oke....!!” saran Vera
dengan panjang lebar. Namun, belum sempat Farah memberi respon, terdengar
handphone-nya berbunyi. Vera pun menampakkan tampang cemberutnya karena merasa
dicuekin. Dan ternyata ada pesan dari Rizal yang menanyakan kedatangannya di
acara reuni mereka. Dan Farah pun segera membalasnya meng-iyakan. Reuni itu
tinggal dua malam lagi tapi terasa lama sekali untuk Farah. Saat-saat yang ia
nantikan itu, apakah akan menjadi pertemuan yang selanjutnya. Ah, yang pasti
Farah tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu lagi.
****
Sore itu langit tampak mendung ditambah dengan gerimis-gerimis kecil. Farah baru saja keluar dari kelasnya. Cuaca memang tidak mendukung saat itu dan gawatnya farah tidak membawa payung. Farah bergegas keluar gedung fakultas. Dia mempercepat langkah kakinya karena sepertinya air yang turun semakin deras. Farah segera megeluarkan jurus langkah seribu sampai pada akhirnya dia sampai di gerbang kampus untuk menunggu angkot yang akan mengantarnya ke halte busway. Tanpa payung alhasil Farah pun basah kuyup. Tampak sepi tempat itu hanya ada seseorang yang nampaknya lebih beruntung dari pada Farah karena payung yang dibawanya sedangkan orang-orang lain sibuk berteduh digedung fakultas. Namun sesaat air hujan seperti tidak menjatuhinya lagi. Ada seseorang yang memayunginya. Sekejap, Farah seperti kehabisan nafas saat tahu siapa orang itu. detak jantungnya pun tidak bisa dikendalikan lagi, darahnya pun seakan berhenti mengalir. Ya, itu tomi. Pangeran kecilnya itu kini ada dihadapannya. Melindunginya dari hujan membuatnya merasa hangat. Kemudian terdengar suara. “sorry, lo nunggu angkot juga kan?” Tanyanya lirih. Farah hanya mengangguk mendadak kehilangan suara. “hmm... gak pa-pa kan gue payungin, dari pada lo kebasahan gitu. .” orang itu bersuara lagi tapi tetap hanya anggukan yang diterimanya. Sayangnya, Tomi belum mengenali siapa yang dipayunginya itu.
Sore itu langit tampak mendung ditambah dengan gerimis-gerimis kecil. Farah baru saja keluar dari kelasnya. Cuaca memang tidak mendukung saat itu dan gawatnya farah tidak membawa payung. Farah bergegas keluar gedung fakultas. Dia mempercepat langkah kakinya karena sepertinya air yang turun semakin deras. Farah segera megeluarkan jurus langkah seribu sampai pada akhirnya dia sampai di gerbang kampus untuk menunggu angkot yang akan mengantarnya ke halte busway. Tanpa payung alhasil Farah pun basah kuyup. Tampak sepi tempat itu hanya ada seseorang yang nampaknya lebih beruntung dari pada Farah karena payung yang dibawanya sedangkan orang-orang lain sibuk berteduh digedung fakultas. Namun sesaat air hujan seperti tidak menjatuhinya lagi. Ada seseorang yang memayunginya. Sekejap, Farah seperti kehabisan nafas saat tahu siapa orang itu. detak jantungnya pun tidak bisa dikendalikan lagi, darahnya pun seakan berhenti mengalir. Ya, itu tomi. Pangeran kecilnya itu kini ada dihadapannya. Melindunginya dari hujan membuatnya merasa hangat. Kemudian terdengar suara. “sorry, lo nunggu angkot juga kan?” Tanyanya lirih. Farah hanya mengangguk mendadak kehilangan suara. “hmm... gak pa-pa kan gue payungin, dari pada lo kebasahan gitu. .” orang itu bersuara lagi tapi tetap hanya anggukan yang diterimanya. Sayangnya, Tomi belum mengenali siapa yang dipayunginya itu.
Mobil angkot yang ditunggu pun
datang tanpa fikir panjang mereka segera naik. Tampak sepi, penumpang didalam
angkot itu hanya mereka berdua. Memang saat-saat hujan seperti itu jarang
sekali penumpang karena mereka belum berani diguyur hujan saat menunggu angkot.
Mereka duduk berhadapan. Farah masih juga belum bisa mengendalikan detak
jantungnya. Namun Tomi seperti mengamatinya diam-diam. “eh, kayanya gue pernah
ketemu lo deh,,” Suaranya memecah keheningan ruang itu sekaligus menghentikan
denyut nadi Farah. “a-a..ah masa sih?” kata Farah terbata-bata.
“iya, lo yang nginjek kaki gue di
busway kemarin kan? Ooh,, lo kuliah disini juga. . .” Katanya sok akrab. Dengan
teramat sangat ia ingin berkata bahwa ia adalah Farah, teman kecilnya dulu,
yangpernah menyukainya dan diam-diam menulis puisi cinta untuknya. Tapi seakan
Farah tidak punya kemampuan untuk mengatakan itu. Mulutnya seakan terkunci.
“hey,, qo bengong sih” tomi melayang-layangkan
tangannya di depan mata Farah seakan memastikan orang yang diajak bicaranya ini
masih sadar.
“oooh... iya, gue yang nginjek kaki
lo kemarin, maaf yah gak sengaja. Abis,, sesak banget siiih...” Jawab Farah
yang lumayan agak lancar setelah berhasil mengendalikan detak jantungnya.
“ iya, gak pa-pa lagi...” Respon Tomi.
“ iya, gak pa-pa lagi...” Respon Tomi.
“hmm... qo lo masih inget aja sih,
klo gue yang nginjek kaki lo?” Tanya Farah, mencoba mengakrabkan suasana.
“ya inget lah. . . sakitnya kan
masih berasa sampai sekarang...” keluhnya sambil mengusap-usap telapak kakinya.
“ serius? Ya ampun maaf yah. . .”
Farah jadi semakin bersalah membuat pangeran kecilnya ini kesakitan.
“ haha.. gak qo, gue bercanda. .
haha” jawab Tomi membuat Farah tersenyum melihat tingkahnya seperti itu. seketika
suasana diangkot pun menjadi terasa hangat dan akrab. Sampai macetnya jalan
raya dan derasnya hujan tidak terasa. Dari canda kecilnya Tomi menimbulkan
obrolan-obrolan panjang. Yang pastinya hanya seputar kampus karena Farah belum
berani menunjukkan siapa dirinya.
Suasana akrab itu pun harus usai karena Tomi sudah sampai tujuannya
lebih dulu. Mereka berdua saling melempar senyum. Farah tidak percaya dengan
pertemuan ini tidak percaya juga dengan perasaan yang masih tinggal. Dengan
suara lirih dia berkata “Seandainya kamu tahu siapa aku.”
**
Dikamarnya, Farah masih belum
percaya dengan pertemuannya hari itu. dia melewatkan kesempatannya lagi,
kesempatan untuk memberitahunya bahwa dia adalah Farah teman kecilnya dulu.
Belum ada keberanian fikirnya pangeran kecilnya itu akan menjauhinya lagi jika
tahu siapa Farah sebenarnya. Ada rasa menyesal dan senang bergelayutan
dihatinya. Tidak bisa berhenti mengingat setiap detik pertemuan itu.
***
“Hey Farah. .” seseorang
memanggilnya ketika dia baru sampai di halte bis. Tomi, dia hadir lagi hari
itu. Farah pun tersenyum. “eh, ketemu lagi”
“ udah selesai kuliahnya?” Tanyanya.
“ iya udah,” Jawab Farah.
Semakin
hari mereka semakin sering bertemu. yang pasti itu diluar pengethuan kedua
sahabatnya. Karena kemungkinan mereka akan membocorkan siapa Farah dan
kemungkinan Tomi akan menjauhinya ketika tahu kalau Farah menutup-nutupi siapa
dirinya. Bukan hanya itu, Vera dan Yuna pun akan selalu membahas tentang acara
triple date mereka yang membuat Farah akan mumet dan merasa terbebani karena
harus mencari pasangan dalam waktu yang sangat sedikit itu. yang saat ini
sedang ia fikirkan adalah untuk selalu dan terus akrab dan dekat dengan
pangeran kecilnya itu walaupun pangeran kecilnya itu tidak sadar bahwa farah
adalah anak perempuan kecil berkepang dua yang puisinya pernah ia tolak. Itu
tidak penting bagi farah saat itu. dia hanya ingin bersamanya dan terus
bersamanya.
Keinginan
Farah pun terwujud. Mereka ternyata terlibat dalam suatu organisasi yang sama
di kampusnya. Bedanya Tomi adalah seniornya dan Farah menjadi juniornya. Hal
itu pun sebenarnya diluar dugaan Farah, karena dia pun tidak tahu kalau Tomi
memang mengikuti organisasi yang sama-sama ia tekuni. Karena sebelumnya Tomi
memang tidak terlalu aktif dalam organisasi itu namun setelah tahu Farah dan
dia dalam organisasi yang sama Tomi menjadi aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
yang ada di organisasi itu. Mereka
berdua menjadi semakin akrab. Yang pastinya diluar sepengetahuan kedua temannya
itu lagi.
***
“Farah, gue jemput jam 7 ya,,”
Handphone Farah berdering
menunjukkan ada pesan masuk. Rizal akan menjemputnya malam itu. Malam itu
adalah malam reuni mereka. Farah senang akhirnya malam itu datang juga.
Saat-saat ia ingin melepas rindu dengan teman-temannya lagi. Ada yang berubah
dari mereka dan ada juga seperti tidak ada perubahannya. Yang pasti semuanya
sudah berubah menjadi dewasa. Senyum Farah pun tersungging setelah menerima
pesan dari temannya itu. Namun, senyum itu sedikit demi sedikit memudar ketika
dia teringat dia akan bertemu dengan Tomi. Bukan Tomi sebagai teman akrabnya di
Kampus, buka juga sebaai seniornya di organisasi. Tapi sebagai Tomi teman
kecilnya, sebagai cinta monyetnya yang belum waktunya juga. Dan juga sebagai
Tomi yang belum tahu bahwa orang yang sudah menginjak kakinya di busway dan
yang ia payungi saat hujan adalah anak kecil yang pernah memberikan puisi
untuknya. Semuanya terjadi begitu cepat. Yang ada di benaknya saat itu hanya
rasa takut dia akan membencinya saat tau Farah adalah anak kecil itu. ditambah
lagi Farah pernah berbohong ketika
ditanya tentang asal sekolahnya oleh Tomi.
‘dia
pasti kecewa’ Farah berkata dalam hati. Hanya itu yang ia fikirkan. Tak terasa
sudah berjam-jam dia mondar-mandir di kamarnya. Terdengar bunyi klakson motor
dari luar rumahnya. Kemudian dia buka jendela. Farah kaget melihat Rizal sudah
datang, ia segera melihat jam. Tepat sekali waktu sudah mnunjukkan jam 7. Sudah
tidak ada waktu untuk berfikir lagi. Apapun yang terjadi nantinya Farah harus
tetap berangkat.
***
“akhirnya...
keluar juga.. ” Tegor Rizal dengan tampang agak bete ketika saat Farah keluar
dari kamarnya.
“Hehe
sorry yah, , ,” jawab Farah sambil nyengir-nyengir kuda.
“ywd yuk, yang lain udah pada dateng tuh...”
Kata Rizal. “ eeh, tunggu dulu deh zal,” cegah Farah kepada Rizal yang baru
melangkah menuju motornya.
“ya
kenapa Rah?”
“hmmmm. . . lo pernah bilang Tomi tahu kalau
lo pernah ngasi fotonya ke gue, bener itu zal?” Tanya Farah dengan tampang
sesperti memohon jawaban yang sejujurnya dari Rizal.
“
Iya,,” Jawabnya singkat. “ hahaha. . dia
gak marah qo” lanjutnya karena melihat Farah yang sedikit agak cemberut setelah
mendengar jawabannya.
“oya,
kenapa emangnya?” Tanyanya lagi. Membuat Farah bingung harus menjawab jujur
atau harus berbohong. Akhirnya ia memilih untuk tidak menjawabnya.
“aaahhh...
gak pa-pa qo. Yaudah yuk jalan. Gak enak sama yang lain” Ajak Farah mengalihkan
pembicaraan. Dan kemudian keduanya pun berangkat dengan sepeda motornya.
Sesampainya disana. . .
“Faraaaaahhhh....!!!”
seseorang berteriak ketika mendapati Farah tiba. Segera dipeluknya teman
lamanya itu, mengungkapkan rasa rindu yang mendalam.
“ udah setahun yah,,kita gak ketemu
setelah reuni yang pertama..” Kata Aliya sambil memeluk temannya itu. “iya
liya,, kangen banget neh...” respon Farah.
“ oya, lo jadi kuliah rah? Kuliah
dimana sekarang?” tanya Aliya sambil melepas pelukannya.
“Jadi qo, sekarang gue kuliah di UIN Jakarta” Jawab Farah.
“serius lo? bereng Tomi dong.. dia
kan juga di UIN” Aliya agak terkejut setelah tahu bahwa sahabatnya itu kuliah
dikampus yang sama dengan Tomi. Sementara seakan petir menggelegar ditelinga
Farah ketika mengingat hal itu. dia hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi
nanti. Pasrah jika nanti Tomi minta penjelasan tentang dirinya. Dia hanya bisa
mengangguk pelan menjawab pertanyaan dari Aliya.
“yaudah yuk masuk, udah banyak yang
dateng tuh, di dalam...” Kata Aliya sambil mengajaknya berjalan masuk. Seakan
sulit bernafas ketika Farah melangkah ke tepi pintu.
“Hey Farah...” panggil Arya ketika
Farah baru masuk ruangan itu. Farah pun meresponnya dengan menanyakan kabar.
Mengobrol sebentar dengan Arya didepan pintu.
“ Tenang,, Tomi masih dijalan,
sebentar lagi datang qo...” Kata Arya melihat Farah yang agak celingukan
seperti mencari sesuatu.
“ Aaah... apaan sih arya. . .” Farah
pun salah tingkah dan memukul bahu temannya itu.
“Yaudah, gue masuk dulu ya. . .”
kata Farah. Namun baru saja Farah berbalik dan belum sempat Farah melangkah,
ada seseorang yang mengucapkan salam.
“Assalamu’alaikum” laki-laki itu
mengucapkan salam sambil tersenyum. Farah menoleh, dan ketika dia tahu siapa
orang itu, jantung Farah seperti berhenti berdetak. dia merasa tawanan dan
terkepung oleh sejumlah prajurit-prajurit perang. Tidak bisa kemana-kemana
bahkan untuk selangkahpun. Terlebih lagi. . .
“ hey,,” Suara Tomi terdengar. Tidak
salah lagi, suara itu memang tertuju pada Farah. “Farah, , , qo lo ada disini?”
Tanya Tomi dengan nada kebingungan. Farah hanya bisa terdiam bingung harus
berkata apa.
“ Haha ... ya reunian lah Tomi,
diakan seangkatan sama kita. . mentang-mentang udah sering ketemuan dikampus
ya. . .” Jadi Arya yang menjawabnya sambil meledek kedua orang itu. Tomi jadi
terdiam. “Rizal...” dia pun langsung memanggil Rizal yang sedang asyik
mengobrol dengan yang lainnya.
“Eh, lo dah dateng. . kenapa Tom?” Tanya Rizal.
“ lo pernah bilang kan, kalo lo
pernah ngasih foto gue ke Farah,” Tanya Tomi tapi dengan mata yang menatap
tajam ke arah Farah. Membuat Farah merasa terintimidasi sementara Arya menatap
mereka dengan bingung.
“Iya,, emang kenapa tom?” Kata Rizal
yang jadi ikut-ikutan bingung juga.
“ berarti dia udah tahu tampang gue
yang sekarang donk?” Tanya Tomi lagi masih dengan tatapan yang mengawasi Farah.
“ Ya... pastilah . . emang kenapa
sih,,, lagian udah sering ketemu kan lo di kampus..?” Kata Rizal.
“Sering banget, setiap hari, setiap
detik. . .” Jawab Tomi dengan tatapan yang tidak berubah.
“ekhmmm.... jadi kalian udah akrab.
. qo gak ngabar-ngabarin sih kalo udah jadian. .” Kata Rizal yang kemudian
memunculkan ledekan-ledekan lain dari teman-temannya.
ledekan yang pernah didengar mereka 12 tahun yang lalu ketika masih duduk dibangku SD. Telinga Farah seakan panas. dia seperti ingin langsung menghilang dari tempat itu. ditambah lagi. . .
ledekan yang pernah didengar mereka 12 tahun yang lalu ketika masih duduk dibangku SD. Telinga Farah seakan panas. dia seperti ingin langsung menghilang dari tempat itu. ditambah lagi. . .
“ooh,,, jadi ternyata itu lo Farah,” Tomi memulai
pembicaraannya dengan Farah. “Maksudnya apa sih ini, lo pura-pura baru kenal
gue? Mau ngambil kesempatan saat gue belum tahu siapa lo? hh” Kata Tomi dengan
nada bicara yang semakin tidak meng-enakkan. Farah tidak menjawab dan tidak
bisa berkata apa. Ini seperti yang Ia duga. Perkataan Tomi barusan membuatnya
sakit hati. Dengan lirih dia menjawab,
“Maaf, buat selama ini. gue cuma
belum siap untuk bilang kalo gue Farah yang pernah buat lo ngerasa gak nyaman.
Bukan karena gue ambil kesempatan saat lo belum tahu siapa gue. Sekali lagi
maaf” Farah pun kemudian berlari menuju jalan. Sudah seperti bayang-bayangnya
Tomi akan merasa kecewa dengannya. Reuni malam itu pun menjadi kelam untuk
Farah. Rizal, Arya dan beberapa teman yang lain menghalangi Farah untuk pergi.
Namun, Farah tidak bisa dicegah lagi. Sementara Tomi masih tetap pada
posisinya. Tanpa menoleh ataupun menghalangi Farah pergi. Tomi memang merasa
kecewa dengan ketidakjujuran Farah. Merasa dipermainkan. Apalagi dengan
keterlanjuran kedekatan mereka yang telah menumbuhkan perasaan barunya terhadap
Farah.
***
Pukul
setengah tujuh tepat. Farah masih menyendiri di kamarnya sore yang sudah
menjadi malam itu. Matanya menerawang kearah luar dari jendela kamarnya. Seakan
enggan untuk melakukan aktivitas apapun. Hari itu adalah hari terakhir sebelum
pergantian tahun 2012 menjadi tahun 2013. Dia tidak memikirkan apapun bahkan
janjinya kepada Yuna dan Vera tentang triple date mereka. Yang ada difikirannya
hanya ingatan kejadian malam reuni itu.
Terdengar
ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. “Farah . . .Farah” berkali-kali
suara itu memanggilnya dari balik pintu. Farah memang enggan untuk menyahut.
Tapi sepertinya ia harus beranjak dari tempat itu karena sudah seharian dia
tidak keluar kamar. Dengan lemas dia bangkit dari tempat tidurnya, membukakan
pintu dan kembali ke posisi semula.
“Farah,
lo kenapa? Nyokap lo bilang, lo gak mau keluar kamar seharian ini. ada masalah
apa sih? Qo gak cerita sama kita” Kata Yuna sambil duduk di sebelahnya. Namun Farah hanya menggeleng.
“yaudah,,,
sekarang lo ganti pakaian. . kita jalan
sekarang,” Kata Yuna
“Kalian
aja yang yang double date, gue gak usah ikutan.” Kata Farah masih dengan suara
yang lemas.
“Ya,
gue udah tau jawaban lo yang itu, yang penting sekarang kita keluar, ng-refresh
otak lo yang kusut kaya muka lo sekarang ini,” ledek Yuna membuat Farah sedikit
tersenyum.
“Acara
triple datenya kita cancel qo rah, kita cuma niat mau ngajak lo keluar bikin lo
gak layu terus kaya gini” jelas Vera yang sudah ada didepan pintu.
“Ya
rah, , lo mau keluar kan... masa lo mau
ngurung diri terus sih..” Lanjut Yuna. Walaupun agak sedikit bingung kenapa
Yuna tidak memaksanya untuk cerita masalahnya bahkan seakan-akan Yuna sudah
memahami masalah Farah. Namun Farah tidak perduli yang pasti sore itu dia
memang ingin keluar menghirup udara segar dan membuang rasa malu dan
bersalahnya pada Tomi. Setidaknya sedikit meringankan beban yang ada
dikepalanya.
***
Malam itu langit sangat indah
ditambah lagi dengan meriahnya kembang api yang memeriahkan pergantian tahun
malam itu. banyak anak muda yang berlalu lalang dengan pasangan-pasangan mereka
dan para keluarga yang ikut memeriahkan moment itu. Farah jadi teringat ajakan
Tomi untuk mengajaknya bertemu pada malam tahun baru sebelum kejadian reuni
itu. dan kemungkinan besar acara triple date ketiga pasangan itu pun akan
terlaksana. Tapi mungkin itu hanya harapan. Itu sudah tidak mungkin lagi. Yang ada
mereka hanya duduk di sebuah taman. Farah dan Yuna masih diam. Melihat lalu
lalang orang-orang yang lewat dan kesibukan pedagang-pedagang terompet yang
sibuk menjajakan dagangannya. Sementara Vera tampak sibuk mengutak-atik
handphonenya.
“Sorry yah,” Akhirnya Farah pun
mengeluarkan suaranya memecah keheningan. Kedua temannya menoleh kearahnya.
“gue udah bikin acara kita batal,” lanjutnya.
“Gak qo Farah... acara triple date
kita gak batal” Kata Vera membuat Farah bingung. “sebentar lagi juga mereka
datang,” Lanjut Vera yang membuat Farah semakin bingung.
“Siapa..??”
tanya Farah.
“Tuh...!!”
kata Vera menunjuk kearah tiga laki-laki yang baru datang. Bukan hanya pacar
dari kedua sahabatnya. Farah kaget ketika mendapati Tomi ada diantara mereka.
Kedua pasangan itu pun pergi meninggalkan mereka berdua ditempat itu,
membiarkan mereka bisa menyelesaikan masalah yang ada.
“Tomi
udah cerita semuanya sama kita apa yang terjadi sama kalian, sekarang kita
tinggal dulu ya.” Kata Yuna namun Farah masih terpaku dengan apa yang ada di depannya.
Setelah mereka pergi, Tomi pun mengambil posisi duduk di sampingnya. Hanya
hening beberapa saat.
“Maafin
aku ya yang semalem,” Tomi mulai bicara akhirnya. “aku tahu kamu tersingung
karna perkataan aku,” lanjutnya. Ada yang janggal di telinga Farah.
“Aku?
Sejak kapan pake bahasa aku?” Tanyanya sedikit menyindir.
“Mulai
dari sekarang.” Jawabnya. “gimana? Di maafin gak?” tanyanya lagi.
“Iya.
. .gue ngerti qo. . . lagi pula wajar kan lo kecewa sama gue” Jawab Farah.
“oya, qo lo cerita sih sama temen-temen gue masalah ini?” lanjutnya.
“emang
kenapa? Wajar kali mereka kan temen-temen kamu juga.” Jawabnya singkat.
Kemudian tidak adak percakapan lagi setelah itu. dua menit, empat menit sampai
sepuluh menit tidak ada suarapun yang keluar dari mulut mereka.
“
lucunya akhirnya kita ketemu lagi. Gue juga masih inget qo sama puisi yang
pernah lo kasih ke gue. hahaha” Kata Tomi
mencoba meleburkan keadaan yang kaku membuat Farah menoleh.
“udah
deh, gak usah ngeledek lagi.” Respon Farah dengan tampak bete.
“siapa
yang ngeledek? Gak lagi. . .haha” kata Tomi. Kemudian suasana itu hening
kembali beberapa menit. Sampai suara lirih memanggilnya.
“Farah...”
“hmmm..”
Respon Farah yang seakan-akan tidak perduli.
“
Puisi itu masih berlaku gak buat gue. . .” Tanya Tomi membuat Farah kaget dan
bingung. “ maksudnya apa?” Tanya Farah.
“gue
mau balas puisi itu.” Jawab Tomi. Farah masih diam bingung dengan jawaban orang
yang ada di depannya itu. beberapa menit kemudian terdengar bisikan lirih di
telinganya. “ I love you,”
Membuat
Farah teperanjat kaget. Dan tiba-tiba . . .
“Cieee,,,,,!!!!”
teriak ke empat teman-temannya itu. “Jawab donk Rah,, I love you too. gitu...”
Teriak Vera yang kemudian dilanjutkan suara gemuruh diatas langit. Jam 00.00.
kembang api bertebaran menghiasi langit tanda masuknya tahun yang baru. Keduanya
pun hanya tersenyum malu dengan tingkah teman-temannya itu dan menikmati
indahnya pemandangan dilangit malam itu. Cinta monyet Farah dua belas tahun
yang lalu kini terbalas oleh pangeran kecilnya yang ada dihadapannya saat itu.
Ia pun sadar perasaan itu tidak pernah pergi dari hatinya hanya butuh waktu
yang tepat untuk merasakan manisnya. Dan itu ia rasakan di Januari.
Antologi cerpen by Lailatusyifa
Komentar
Posting Komentar